Monday, August 07, 2006
Graveyard of Fireflies.. Film Jepang yang menceritakan
Perang Dunia 2, dibuat untuk memperingati 60 tahun pengeboman Nagasaki dan Hiroshima.. Bukan perangnya yang diceritakan, tapi menceritakan perjuangan anak-anak korban perang yang sebenarnya masie sangat berhak untuk hidup.

Diawali dengan keberangkatan para pejuang ke medan perang. Ayah Seita dan Setsuko seorang kolonel angkatan laut yang hidupnya bisa dibilang berkecukupan dan udah agak modern. Sedangkan sebuah keluarga lain, seorang pejuang biasa, berangkat juga ke perang. Setelah keberangkatan masing-masing ayah itu, kedua keluarga tak sengaja bertemu.
Ternyata ibu Seita dan ibu … (ah lupa, yg maen Nanako Matsushima) adalah sepupu. Mereka berjanji jika terjadi sesuatu pada salah satu dari mereka, mereka akan mengasuh anak-anak yang ditinggalkan.

Perang terus berlanjut, sampe aqirnya terjadi pengeboman di Kobe (tempat tinggal Seita dan Setsuko). Pas serangan pertama, mereka masie ga papa. Tapi pas serangan yang ke-dua, desa mereka rata dengan tanah. Meskipun mereka berdua selamat, ibunya terkena bom dan tidak berhasil bertahan hidup. Seita menutupi kenyataan itu terhadap Setsuko. Sang bibi (Nanako Matsushima) menampung mereka berdua di rumahnya.
Sehingga total, bibi menanggung 4 orang anaknya sendiri, Seita dan Setsuko serta adek suaminya yang pincang. Karena perang terus berlanjut, mereka semakin sulit memenuhi kebutuhan hidup. Tiap keluarga hanya dijatah beras 1 botol untuk seminggu (kalo ga salah). Akibatnya seringkali mereka hanya makan sop encer.

Karena tuntutan hidup, sang bibi perlahan mulai berubah (apalagi setelah memperoleh surat pemberitauan kematian suaminya). Dia lebih memikirkan putra bungsu yang sakit asma. Dia mulai pilih kasih dalam membagi makanan. Kalo Seita protes, bibi memberikan jawaban yang Seita tidak bisa membantahnya. Demi menjaga adiknya seharian, Seita tidak membantu di ladang, intinya benar2 numpang seratus persen. Sehingga lama-lama Seita memilih keluar dari rumah itu dan hidup sendiri karena ga tahan dengan diskriminasi bibinya.

So, bayangin aja, dua anak kecil hidup sendirian (totally by theirself) di jaman perang. Seita bisa bertahan dengan keyakinan ayahnya akan segera pulang setelah Jepang menang. Tapi kenyataan Jepang menyerah tanpa syarat dan kapal ayah Seita yang udah tenggelam lama, makin membuat Seita tertekan..

So so…movie ini bener-bener mengharukan. Huihh…gue bener-bener terisak-isak nonton nie film. Film inisederhaan tapi menyentuh banget en bikin nangis ga berhenti. Uuhh..mata gue sampe bengkak karena nangis. Huhuhuhuuuu….

Emang sie kliatannya si bibi ini yang kejamnya amit2.. tapi kalo udah liat nie film, emang bener, si bibi ga bisa disalahin juga sie.. bagaimanapun dia juga pengen anaknya hidup. Ga ada yang bener dan ga ada yang salah. Itu yang bikin nangis.. semua bener-bener alamiah.. sifat natural manusia untuk bertahan hidup.

Emang menunjukkan kalo yang paling susah pas perang adalah anak-anak. Tapi kenapa pada ga sadar ya?! Anak-anak tuh kan penerus bangsa. Kalo semua anak-anak ga ada, ya ilanglah bangsa
tersebut.. duh.. coba yaaaa….

credit : doramalover ; jdorama

 
snowy-yuki's fangirling over KKK at 10:58 AM |


0 Comments: